Pemimpi Pengkhayal
Aku adalah si pemimpi. Bukan si pemimpi dengan sejuta
cita-cita tinggi. Memang bukan. Lalu apa? Mungkin lebih tepatnya berandai
andai. Andai jadi begini, andai jadi begitu, andai ada yg begini andai ada yg
begitu, andai dunia begini dan begitu. Selalu, setiap saat.
Aku tak boleh sedikit pun lengah oleh keadaan. Khayalan itu
akan membuat ku masuk lebih dalam sehingga aku selalu lupa realita, malah aku
lebih memilih mimpi ku ini (tentu bukan mimpi tidur/lebih tepatnya khayalan).
Aku tak mengerti, kenapa aku begini. Awalnya menyenangkan.
Berkhayal membuatku relax, sejenak melupakan penat. Tapi kalau keseringan, itu
sangat menggangu. Sungguh! Sangat mengganggu produktivitasku. Aku jadi malas.
Aku lebih memilih bermimpi, berandai andai jadi elang. Lalu aku akan terbang
tinggi. Tentu, hanya dalam pikiranku.
Lalu kau tahu, segudang masalah akhirnya menumpuk, menunggu
urusannya selesai tepat waktu. Dan aku hanya mengulur ulur waktu. Khayalan itu
menculikku dengan licik. Tapi anehnya, aku selalu meras senang, walau hanya pada
awalnya.
Sekarang aku harus melawan, tapi aku masih ragu, apakah aku
punya kekuatan untuk melawan itu, atau akhirnya, aku akan jatuh pada perangkap (si
khayalan sialan) lagi. Apa nafsuku benar benar nakal, tidak bisa dikendalikan,
tidak biaa dijinakkan. Atau karena aku lemah.
Memang yang berlebihan itu tak baik. Mau bagaimanapun rasa
senangnya, kalau sudah menjerumuskan ke hal yabg buruk maka itu akan buruk
juga. Aku sudah dewasa, kehidupanku sekarang ada di genggamanku. Aku harus
bijak memilih dan tentunya menahan (nafsu). Karna, akhirnya, orang yg paling
banyak berjuanglah yang akan dapat hasil yang setimpal.
Komentar
Posting Komentar