Bukan Review 2
“seberapa besarpun masalah, yakinkan hatimu bahwa semua pasti baik-baik saja, dengan begitu hatimu bisa tenang”
Salah satu quote yang susah terealisasikan dari film 3
idiots. Tapi quote diatas emang bener kok, kalo masalah dipikirin terus, malah
jadi beban, bikin stress. Walaupun pada kenyataannya, menyugesti pikiran yang
diisi dengan kerumitan dunia(halah, ngomong apa sih gue) itu ga gampang, gue ga
bilang susah, Cuma… gak gampang.
Well, waktu 2,5 jam gue ga terbuang sia-sia. Gue merasa
semangat, gue semakin optimis melangkah kedepan(ceilehh..). Gue bener2 ngerasin
semangaat…hmm apa yah?! Perjuangan! Yah, perjuangan buat meraih impian. Dan
film ini jujur aja buat gue malu. Kenapa? Yak, gue malu banget, karena gue
sekolah Cuma menunggu lulus doang, Cuma ingin ngedapetin ijasah doang. Gue gak
peduli dengan belajar. Jujur aja sih, gue gak suka mempelajari hal2 yang berbau
IPA, tapi gue sendiri masuk jurusan IPA. Gue gak suka dengan mapel SMA(jurusan
IPA tentunya), dan gue ga gitu seneng juga dengan pelajaran IPS. Lantas gue
suka apa? Sejujurya, dari hati yang terdalam, gue itu suka seni(plis jangan
ditambahin 'air' didepannya-IYKWIM). Gue suka gambar, maka seharusnya dulu gue
masuk aja SMK, ngambil multimedia. Kenapa juga gue harus susah2 belajar
biologi, belajar titrasi atau belajar gerak rotasi apalah itu. dan akhirnya,
gue disini, menunggu lulus. Dan kehidupan tanpa arti gue akan berlanjut saat
gue kuliah, tentu kalo salah jurusan.
Selain itu, gue sangat-sangat malu dengan yang gue kerjakan.
Selain gak belajar, gue itu Cuma males-malesan aja di rumah. Gue tuh gampang
nyerah, penakut, gue takut salah, takut gak bisa ngebahagiain orang lain.
Jadilah gue bernasib seperti ‘Raju’ yang sangat takut akan masa depannya. Gue
juga bernasib seperti ‘Farhan’ karna gue salah jurusan, passion gue apa,
masuknya apa! Gue juga bernasib seperti ‘Pia’, ennggg.. mungkin engga juga sih
ya, pia kan gajadi nikah, dia gak mikirin pendapat orang lain sehingga dia
sendiri gak harus menikahi orang yang salah, kalau aja doi pilih ‘apa kata
orang’ mungkin nasibnya kini jadi bini orang yang ’salah’. Nah apa kabar gue,
nasib pia mungkin bisa lebih baik dari gue, gue udah terlanjur masuk SMA , ya
salah satunya karna mikirin omongan orang lain, karna masuk SMA itu waww sedangkan masuk SMK itu eww(kata orang mah begitu). Ah andaikan ada yang
membuka jalan pikiran gue waktu itu, mungkin nasib gue kini gak kaya
sekarang(emang kaya apee?). tapi, gue masih punya kesempatan kok. KULIAH. Jadi
bener dong, nasib gue juga kayak ‘Pia’, gue masih punya kesempatan meenn! Nah,
tinggal milih aja sih, apakah gue mau masuk seni rupa, atau sastra indo,
walaupun jujur ya, kalo gue masuk sastra itu karena salah satu cita-cita gue
itu jadi content writer, kalo gue masuk seni, gue Cuma pengen belajar, apa kata
nanti deh soal pekerjaan mah.
Lalu apakah nasib gue seperti ‘Rancho’? gue gak tau, tapi
gue melihat sosok rancho ini pasti ada disetiap hati seseorang, walaupun jauh
di dasar hati. Rancho adalah hati kecil yang pemeberontak, si kecil yang
mengikuti naluri, si kecil yang pintar memberi kata-kata manis alias nasihat,
dan si kecil yang pintar memperdebatkan aturan2 kuno yang sbenernya gak
bermanfaat juga. Rancho ada di hati gue, di hati kamu-kamu yang baca tulisan
gue. Apa? Iya, di hatimu loh:). Tinggal sekarang, apakah gue, elo atau siapapun
itu, bisa membangunkan si kecil Rancho? Maka gue akan jawab, Bisa, tinggal
bagaimana gue, elo, atau siapapun itu, berhasil menyugestikan Rancho ke pikiran
kita-kita ini. at least yang paling mudah dengan begini “seberapa besarpun masalah,
yakinkan hatimu bahwa semua pasti baik-baik saja, dengan begitu hatimu bisa
tenang”-Rancho-3idiots (salah satu quote rancho yang bisa kita pakai untuk
menyugesti pikiran positif :D)
Okeh, jadi sebenernya gue mau ngereview felem atau mau
curhat?? Sepertinya sih, gue salah arah, niat awal mau ngereview malah jatohnya
curcol(curhat colongan). Ya udah deh, review post selanjutnya aja ya.
See you in my new post(sok-sok kan amir pake bahasa
inggris,)
Komentar
Posting Komentar